Friday 14 February 2014

Kelud dan Semburannya

Kamis, 13 Februari 2014 sekitar pukul 22.50 WIB, Gunung Kelud yang berada tepat diantara perbatasan tiga Kabupten di Jawa Timur yakni Malang, Blitar, dan Kediri mengalami erupsi. Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) termasuk dalam tipe stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif.
Seperti banyak gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Kelud terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Sejak tahun 1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.
Ilustrasi Erupsi Gunung Kelud (2014)

Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir tahun 2007) yang membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air.

LEGENDA
Ilustrasi

Letusan Gunung Kelud inipun oleh masyarakat sekitar kerap dikaitkan dengan legenda perseteruan Penguasa kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya dengan Lembu Sura, seorang pemuda yang digambarkan berkepala lembu.
Warga meyakini, letusan gunung tersebut terkait dengan dendam Lembu Sura. Dikisahkan, Raja Brawijaya mempunyai seorang putri yang cantik yaitu Dyah Ayu Pusparani. Banyak raja dan pangeran yang melamar untuk dijadikan permaisuri.
Prabu Brawijaya bingung memilih calon menantu dan akhirnya mengadakan sayembara. Barangsiapa bisa merentang busur sakti Kyai Garodayaksa dan sanggup mengangkat gong Kyai Sekardelima, dialah yang berhak menikah dengan Putri Pusparani.
Lembu Sura pun akhirnya mengikuti sayembara tersebut. Dia berhasil merentang busur dan mengangkat gong yang sangat besar itu dengan mudah.
Raden Lembu Sura atau yang dikenal juga dengan Raden Wimba pun dinilai berhak menikah dengan Dyah Ayu Pusparani. Sayang, Pusparini enggan menikah dengan Lembu Sura lantaran, pemuda berkepala lembu itu.
Pusparini pun kembali, memberikan syarat kepada Lembu Sura bila ingin menikahinya. Dia diperintahkan membuat sumur di Puncak Gunung Kelud. "Buatkan aku sumur di puncak Gunung Kelud. Air sumur itu akan kita pakai mandi berdua setelah selesai upacara perkawinan,” pinta Pusparini pada Lembu Sora.
Saking sayangnya kepada Pusparini, permintaan tersebut pun dikabulkan. Dengan tanduknya, Lembu Sura menuju puncak Gunung Kelud. Saat menggali sumur cukup dalam itulah, Pusparini kembali mengeluh kepada ayahandanya, Brawijaya. Pusaparini menolak menikah dengan Lembu Sura.
Brawijaya tidak bisa menolak permintaan anaknya itu, hingga akhirnya dia memerintahkan pasukan untuk mengubur Lembu Sura yang sedang menggali sumur di Puncak Kelud. Lembu Sura tertimbun tanah.
Sebelum dia meninggal, Lembu Sura mengancam Prabu Brawijaya. Dia menilai Raja Majapahit itu telah mengkhianatinya. “Ingatlah, setiap dua windu (16 tahun) sekali aku akan merusak tanahmu dan seluruh yang hidup di kerajaanmu."
Sampai sekarang, setiap Gunung Meletus, warga menganggap hal itu adalah amukan Lembu Sura untuk membalas dendam.

PERJALANAN PANJANG
Gunung Kelud

a.       1586
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21, gunung ini erupsi pada tahun 2007, 2010, dan 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung.

b.      1907
Gunung Kelud 1901 (wikipedia.org)

Letusan ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa , merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu Hugo Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.

c.       1990
Gunung Kelud 1919 (wikipedia.org)

Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu. Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada thaun 1994.

d.      2007
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.

e.       2014
Erupsi tahun 2014

Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai terjadi di akhir tahun 2013. Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian Awas pada 13 Februari 2014 pukul 21.15 WIB. Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 (pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) diprediksikan akan terjadi setelah hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri. Wilayah Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava menurut rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG). Gemuruh aktivitas gunung juga sesekali terdengar hingga wilayah Kabupaten Jombang. Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini hari dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo. Debu abu vulkanik mengarah ke arah Barat Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis dan Bandung Di daerah Madiun dan Magetan jarak pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 Meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan-pelan . Di sisi lain banyak pengguna kendaraan atau warga di sekitar Kota Madiun yang terganggu akibat Erupsi tersebut.
Letusan 2014 telah dideteksi oleh PVMBG dan ditanggapi dengan peningkatan status menjadi Waspada (level II). Pada tanggal 10 Februari status meningkat menjadi Siaga (Level III), dan persiapan-persiapan mengenai kebencanaan telah mulai dilakukan. Kawasan seputar 5 km dari titik puncak kawah telah disterilkan dari kegiatan manusia. Pada tanggal 13 Februari pukul 21 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Belum sempat pengungsian dilakukan, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif).
Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.

Monday 10 February 2014

Mimpi Hidup Ikhlas

Semua orang pasti punya mimpi dalam hidupnya, namun tak semua orang dapat meraihnya. Adakalanya mimpi itu terwujud, tertunda, atau bahkan takkan pernah tercapai. Memang, semua itu tak terlepas dari karma kita, meski begitu setidaknya manusia tetap berusaha, walaupun terkadang pada akhirnya semua hanya sia-sia belaka.
Tak mudah memang ketika kita menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, tapi setidaknya kita dapat belajar suatu hal yang bernama 'ikhlas' dari sana. Ya, ikhlas..
Dengan kita ikhlas, bukan berarti kita pasrah dengan apa yang terjadi, karena ikhlas berarti belajar untuk bersabar dan menerima keadaan, serta tidak berlarut-larut lebih dalam.
Pada awalnya, belajar ikhlas memang sulit. Namun, apabila kita terbiasa, pasti akan terasa sangat mudah. Selain itu, ikhlas harus dimulai dari hal yang paling kecil, misalnya saja mengikhlaskan sebuah pensil yang hilang. Harganya memang tak seberapa, tapi seringkali kita ngomel-ngomel jika pensil kita hilang. Tanpa kita sadari, itulah salah satu hal yang bisa membuat kita belajar untuk lebih bersabar dalam mengikhlaskan hal-hal yang lebih besar lagi.
Sering tidak kita sadari bahwa hal paling kecil dapat membuat kita terlatih untuk hal-hal yang besar. Ikhlas sendiri merupakan salah satu modal kita untuk menjalani sebuah kehidupan yang tak pernah kita duga. Ikhlas jugalah yang mendasari kita dalam menghadapi hal-hal yang tak sesuai dengan apa yang kita rencanakan.
Tak salah memang mereka yang mengatakan bahwa hidup itu butuh proses, tak bisa instan. Lah wong Tuhan saja menciptakan semesta raya dengan njelimet  apalagi makhluknya.
Hal itu juga yang saya alami, hingga pada akhirnya saya ingat akan sebuah nasehat yang pernah disampaikan oleh guru saya. Dimana keikhlasan haruslah dimulai dari hal yang paling kecil, paling sepele itu tadi, dan kini saya sadar bahwa hidup tidak melulu tentang mimpi kita, apa yang ingin kita raih, dan seperti apa yang kita inginkan. Kita perlu menyadari bahwa Tuhan sebagai sutradaralah yang berhak menentukan alur cerita. Begitu pentingnya andil Tuhan hingga mau tidak mau, suka tidak suka saya harus menekan ego dalam diri secara maksimal dengan berpikir bahwa jalan yang diberi Tuhan lebih baik dari apa yang kita rencanakan, perhaps. Yaa.. disamping ada alasan lain, untuk Tuhan memilih cerita yang berbeda.
Pikiran itulah yang kemudian menyirep saya dan membuat saya mengerti tentang hidup yang sesungguhnya, membuat saya bisa menjadi lebih bersikap dewasa (mungkin hanya perasaan saya sendiri). Rasa legowo itu kemudian perlahan-lahan muncul dengan sendirinya seiring cerita yang semakin berubah, semakin panjang, dan rumit.
Itulah hidup, meskipun ada prinsip let it flow, tapi tak perlu mainstream-mainstream banget. Hidup, menyimpan berjuta-juta trilyun makna, tinggal kita saja bagaimana menyikapinya dan menjadikannyasebagai sebuah tonggak untuk berdiri dan berlari menggapai matahari. J