Thursday 23 April 2015

TAT TWAM ASI

Sebagai Umat Hindu, tentu saja kita sering mendengar istilah “Tat Twam Asi”. Secara etimologi, Tat Twam Asi berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata, yakni Tat, Twam, dan Asi. “Tat” merupakan kata penunjuk, “itu”. “Twam” artinya “engkau”, dan “Asi” mempunyai arti “adalah”. Dengan demikian, Tat Twam Asi dapat diartikan sebagai itu adalah engkau, atau sering disebut juga sebagai aku adalah engkau.
Konsep Tat Twam Asi sendiri tersurat dalam Chandogya Upanisad, yang mana mengisahkan bahwa ada seorang anak bernama Svetaketu yang merupakan murid sekaligus putra dari Uddalaka yang merasa sombong dan menganggap dirinya paling hebat karena telah membaca Veda dan merasa telah mengenal Tuhan.  Pada akhirnya, Svetaketu disadarkan oleh ayahnya bahwa realitas tersebut tunggal adanya dan tidak terpecah-pecah. Begitu pula dengan manusia dan alam yang juga merupakan satu kesatuan dengan Tuhan.
Tat Twam Asi merupakan intisari dari ajaran Upanisad  yang menjelaskan bahwa manusia bukanlah suatu entitas yang terpisah dengan Tuhan dan alam semesta, namun merupakan satu kesatuan. Hal ini sangatlah jelas karena antara Brahman (Paramātman) dan Atman perseorangan (Jivātman) sesungguhnya sama. Seperti yang kita ketahui bahwa Atman merupakan percikan dari Brahman yang juga mempunyai unsur serta kualitas yang sama dengan Brahman, hanya saja ada yang membedakan, yakni ketika Atman tersebut lahir ke dunia karena Atman yang telah lahir ke dunia telah diliputi oleh Guna (Sattwam, Rajas, Tamas) dan terpengaruh oleh maya.

Frasa Tat Twam Asi seolah menjadi pengingat bagi kita bahwa setiap makhluk hidup boleh berbeda-beda, namun jiwa yang menghuni di dalamnya adalah sama, yaitu atman. Dari konsep ini, dapat disimpulkan bahwa hendaknya kita sebagai manusia harus saling menghormati. Tak hanya  sesama manusia, akan tetapi juga alam semesta. Dengan demikian, kita akan dapat memahami akan hakikat Realitas yang Tunggal, yakni Brahman.