Thursday 24 January 2013

Upawasa


Puasa dalam Hindu disebut Upawasa. Upawasa berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari 2 kata, yaitu Upa dan Wasa. Upa artinya dekat atau mendekat dan Wasa artinya Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Jadi puasa atau Upawasa artinya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Menurut Hindu, puasa itu tidak sekadar menahan rasa haus dan lapar, tidak hanya untuk ikut merasakan miskin dan kelaparan, juga tidak untuk menghapus segala dosa dengan janji surga. tetapi lebih dari hal tersebut, tujuan utama upawasa adalah untuk mengendalikan nafsu indria, mengendalikan keinginan. indria harus berada di bawah kesempurnaan pikiran dan pikiran berada di bawah kesadaran budhi. Jika Indria terkendali dan pikiran terkendali maka kita akan dekat dengan kesucian, dekat dengan Tuhan.

Jenis Upawasa dalam agama Hindu antara lain :
a.     Puasa (Upawasa) yang wajib
·         Siwa Ratri
Siwa Ratri jatuh pada panglong ping 14 Tilem Kapitu, yaitu satu hari sebelum Tile. Puasa yang dilaksanakan yaitu puasa total, tidak makan dan tidak minum apapun selama sehari semalam.pada Hari ini umat Hindu juga melaksanakan Tapa Brata.

·         Nyepi
Hari Raya Nyepi jatuh pada penanggalan kapisan sasih Kedasa. Puasa yang dilakukan adalah melaksanakan Catur Brata Panyepian, yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api, terutama api yang ada dalam diri kita), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak makan dan minum). Puasa di mulai ketika fajar muncul hingga fajar keesokan harinya.


·         Purnama dan Tilem
Pada umumnya puasa yang dilaksanakan sama, yaitu tidak makan dan minum selama 24 jam.

·         Puasa untuk Menebus Dosa
Puasa ini disebutkan dalam Veda Smrti untuk Kaliyuga : ‘Prasara Dharmasastra’ sebagai “Tapta Krccha Vratam” yaitu puasa selama 3 hari dengan tingkatan puasa minum air hangat saja, susu hangat saja, atau mentega murni saja tanpa makan dan minum sama sekali. Dalam hal ini pilihan ditentukan oleh jenis dosa yang dilakukan.

b.    Puasa tidak wajib
Yaitu puasa yang dilaksanakan di luar ketentuan di atas, misalnya pada hari-hari suci Odalan, Anggara Kasih, dan Budha Kliwon. Puasa ini diserahkan pada kebijakan masing-masing apakah mau siang hari saja ataukah sehari penuh. Tanpa melupakan pergantian hari menurut Hindu, yaitu sejak fajar sampai fajar keesokan harinya lagi, bukan jam 00 atau jam 12 tengah malam.

c.      Puasa berkaitan dengan upacara tertentu
Misalnya setelah Mewinten / Mediksa, puasa selama 3 hari hanya makan nasi kepel dan air kelungah nyuhgading.

d.    Puasa berkaitan dengan hal-hal tertentu
Biasanya puasa ini dilakukan ketika bersamadhi, meditasi, sedang memohon petunjuk kepada Hyang Widhi, atau setiap saat (tidak berhubungan dengan Rerainan). Jenis puasa di tentukan sendiri apakah puasa penuh (tidak makan dan tidak minum sama sekali) selama 1 hari 1 malam ataukah semampunya.

            Untuk memulai puasa, dilakukan dengan upacara sederhana, yaitu menghaturkan canang sari atau lebih baik lagi dengan Banten Pejati memohon pesaksi serta kekuatan dari Hyang Widhi.

Mengakhiri puasa-pun dengan sembahyang dan juga banten yang sama. Makanan sehat yang digunakan sebelum dan sesudah puasa terdiri dari unsure-unsur beras (nasi) dengan sayur tanpa bumbu keras, buah-buahan, susu, madu, dan mentega.

            Makanan yang dilarang dan dianjurkan bagi umat Hindu ada di dalam Manawa Dharmasastra buku ke V. Tidak ada perbedaan puasa antara laki-laki dan perempuan.

No comments:

Post a Comment