Semua orang pasti punya mimpi dalam hidupnya, namun tak semua orang dapat
meraihnya. Adakalanya mimpi itu terwujud, tertunda, atau bahkan takkan pernah
tercapai. Memang, semua itu tak terlepas dari karma kita, meski begitu
setidaknya manusia tetap berusaha, walaupun terkadang pada akhirnya semua
hanya sia-sia belaka.
Tak mudah memang ketika kita menghadapi kenyataan yang tidak sesuai
dengan apa yang kita inginkan, tapi setidaknya kita dapat belajar suatu hal
yang bernama 'ikhlas' dari sana. Ya, ikhlas..
Dengan kita ikhlas, bukan berarti kita pasrah dengan apa yang terjadi,
karena ikhlas berarti belajar untuk bersabar dan menerima keadaan, serta tidak
berlarut-larut lebih dalam.
Pada awalnya, belajar ikhlas memang sulit. Namun, apabila kita terbiasa,
pasti akan terasa sangat mudah. Selain itu, ikhlas harus dimulai dari hal yang
paling kecil, misalnya saja mengikhlaskan sebuah pensil yang hilang. Harganya
memang tak seberapa, tapi seringkali kita ngomel-ngomel jika pensil kita
hilang. Tanpa kita sadari, itulah salah satu hal yang bisa membuat kita belajar
untuk lebih bersabar dalam mengikhlaskan hal-hal yang lebih besar lagi.
Sering tidak kita sadari bahwa hal paling kecil
dapat membuat kita terlatih untuk hal-hal yang besar. Ikhlas sendiri merupakan
salah satu modal kita untuk menjalani sebuah kehidupan yang tak pernah kita
duga. Ikhlas jugalah yang mendasari kita dalam menghadapi hal-hal yang tak sesuai
dengan apa yang kita rencanakan.
Tak salah memang mereka yang mengatakan bahwa
hidup itu butuh proses, tak bisa instan. Lah
wong Tuhan saja menciptakan semesta raya dengan njelimet apalagi makhluknya.
Hal itu juga yang saya alami, hingga pada
akhirnya saya ingat akan sebuah nasehat yang pernah disampaikan oleh guru saya.
Dimana keikhlasan haruslah dimulai dari hal yang paling kecil, paling sepele
itu tadi, dan kini saya sadar bahwa hidup tidak melulu tentang mimpi kita, apa
yang ingin kita raih, dan seperti apa yang kita inginkan. Kita perlu menyadari
bahwa Tuhan sebagai sutradaralah yang berhak menentukan alur cerita. Begitu pentingnya
andil Tuhan hingga mau tidak mau, suka tidak suka saya harus menekan ego dalam
diri secara maksimal dengan berpikir bahwa jalan yang diberi Tuhan lebih baik
dari apa yang kita rencanakan, perhaps. Yaa.. disamping ada alasan lain, untuk Tuhan
memilih cerita yang berbeda.
Pikiran itulah yang kemudian menyirep saya dan membuat saya mengerti
tentang hidup yang sesungguhnya, membuat saya bisa menjadi lebih bersikap dewasa
(mungkin hanya perasaan saya sendiri). Rasa legowo
itu kemudian perlahan-lahan muncul dengan sendirinya seiring cerita yang
semakin berubah, semakin panjang, dan rumit.
Itulah hidup, meskipun ada prinsip let it flow, tapi tak perlu mainstream-mainstream banget. Hidup,
menyimpan berjuta-juta trilyun makna, tinggal kita saja bagaimana menyikapinya
dan menjadikannyasebagai sebuah tonggak untuk berdiri dan berlari menggapai
matahari. J
No comments:
Post a Comment